Tuesday, February 2, 2016

Eks Anggota Gafatar Dilarang Keluar Daerah

image
KENDAL – Kepulangan enam orang dari dua keluarga eks anggota Gafatar asal Kabupaten Kendal  dari Kalimantan dipastikan tidak mendapat penolakan dari warga setempat. Satu keluarga merupakan pasangan suami istri (Pasutri) yakni Mufid dan Eka Agustina warga Dusun Ngrandu RT 2 RW 3 Desa Sebaran Parakan Kecamatan Pageruyung.
Sedangkan satu keluarga lagi dari Desa Korowelang Anyar RT 1 RW 2 Kecamatan Cepiring yakni Paskur dan Juniarti beserta kedua anaknya bernama Elangga Wira Kurnia dan Anggi Anggelina Kurnia.
Enam eks anggota Gafatar ini tiba di Kendal Jumat (29/1) malam , mereka dijemput dari Asrama Haji Donohudan oleh anggota Muspika setempat. Sebelum diantar ke rumahnya,  terlebih dulu singgah di Kantor Kesbangpol Kendal untuk diberi pengarahan.
Kapolsek Cepiring  AKP Sulistiyarso mengatakan, pemulangan eks anggota Gafatar ini telah dikoordinasikan dengan pihak keluarga, perangkat desa, tokok masyarakat dan warga setempat.
“Sudah tidak ada masalah, warga menerima dengan baik. Sebab, Paskur sewaktu tinggal di desanya adalah orang baik, jadi akan diterima kembali dengan baik,” ujarnya.
Sementara itu, Pasintel Kodim Kendal Kapten Sudiatmoko meminta kedua keluarga tersebut supaya segera mengurus dokumen kependudukan, seperti KTP, KK dan mengurus kedua anaknya supaya bersekolah kembali.
Selain itu, diminta untuk tidak pergi ke luar daerah, atau jika akan pergi keluar daerah harus melapor kepada aparat setempat.
“Ini inisiatif saya sendiri, demi kebaikan bersama, supaya tidak pergi ke luar daerah,” paparnya.
Sementara, Paskur menceritakan bahwa dia dan keluarganya baru satu setengah bulan pindah ke Kalimantan. Di sana bekerja bercocok tanam dengan dibantu istri dan anaknya.
Selama di Kalimantan, Paskur mengaku senang dan akrab dengan teman-teman anggota Gafatar. Namun Paskur enggan mengungkap alasan tertarik bergabung dengan Gafatar.
“Ya senang aja dengan teman-teman Gafatar,” ucapnya.
Paskur mengaku bergabung dengan Gafatar sejak tahun 2011 ketika tinggal di Batam. Dan sudah mengetahui jika Gafatar sudah dibubarkan, namun tetap hidup bersama dengan teman-teman Gafatar, hingga diajak pindah ke Kalimantan di perkampungan Gafatar.
Padahal di Batam sudah memiliki pekerjaan tetap sebagai tukang las dengan penghasilan yang lumayan. Dengan bekal modal hasil kerja di Batam, Paskur tertarik ajakan teman-temannya pindah ke Kalimantan.
Begitu pula dengan Elangga Wira Kurnia, putra Paskur, yang masih kelas 2 SMP, merasa senang tinggal di Kalimantan, walaupun harus keluar dari sekolah dan ikut membantu orang tua bekerja bercocok tanam.
“Senang, di Kalimantan bekerja bercocok tanam,” tandasnya. (Jur-LKTO/ MunaA)

0 komentar:

Post a Comment